Teteh Titiem Si May

Separuh terik menggigit kulit, mereka bersama “katanya terpaksa”

Sampai malam katanya masih terpaksa.


Setelah ada ikrar,

Setelah ada kejujuran yang pahit,

Setelah hancur dan terbuang.


Perempuan ini menangis diantara kepulan asap rokok, katanya solusi.

Perempuan itu tahu batas, hanya tak terlalu kenal siapa dia.

Mengikuti bahasa merayu, kami tetap ingatkan.


Perempuan itu saling berteriak menuntut keadilan,

Saling menjatuhkan, menyakiti.

Setelah ada ikrar,

Setelah terbuang dan hancur,

Perempuan itu sadar, dia bermain dengan janji dengan kepercayaan.


Perempuan itu kembali menangis dibalik kepulan asap keegoisan yang rapuh.

Perempuan itu tak bersalah, dia tak kenal siapa dia….

20122009 “dari hati mereka”

Selengkapnya...

Teteh Titiem Si May


Perempuan sisi aku, hatinya beku nan lama

Terkadang lembut, meski lembutnya semakin terlihat kasar.

Perempuan ini, butuh perhatian yang sadar, jika mampu

Perempuan ini merangkai tangisnya dalam kata-kata,

Perempuan ini punya satu sisi lain.

Perempuan sisi aku mengamati dan berontak,

Perempuan sisi aku tahu….

20122009

Selengkapnya...

Teteh Titiem Si May


Tak ada yang tahu waktu,

Tak ada yang bisa merekam detil perasaan.

Traumanya indah katanya, sampai tak katakana tidak.


“Perempuan cinta setelah hilang”,

Perhatiannya awas dan tajam meski terpaksa.

Perempuan itu jatuh pada rasa kehilangan,

Cintanya ada setelah hilang, setelah luntur, setelah tak terawatt.


Perempuan itu bersedih menutup kedua matanya,

Melihat mata hatinya yang setengah remuk.

“Terpaksa” karena antara tidak katakana tidak,

Perempuan lutuh dan menunduk.


“Perempuan cinta setelah hilang”

Tak sanggup, kerena sulit membuka hati.

Perempuan itu baik sebenarnya, hanya terlalu tergesa-gesa.

20122009.”R”

Selengkapnya...

Teteh Titiem Si May


Bukan tanpa alasan, bukan tanpa pertimbangan,
Pertemanan harus segera di tamatkan, harus diakhiri,
Bersamamu yang aku pernah kenal.

Semua sudah terlanjur,
Orang tidak akan mencium bau asap jika tidak ada yang menyalakan api,
Aku tak bisa menutupi lagi,
Tak bisa bila harus lebih akrab seperti kemarin,
Mengapa?
Aku juga manusia, tapi aku juga tak mau terbakar
Sedang aku sendiri tahu, kau akan menyalakan api itu disampingku.

Sahabatku bertanya, menyadarkanku,
Mereka menyesalkan satu hal “kenapa harus aku dan kamu”
Mengapa ada dibelakang, sampai akhirnya seperti ini,
Yang harus diberi pertanyaan,
yang harus dimintai kebenaran.

Satu sudut sepi,
memandangku seperti orang asing yang dibiarkan terlantar,
satu sudut ramai,
memandangku seperti orang asing yang onar dan liar
satu sudut yang lain,
memandangki seperti mengharap, sebuah tempat itu masih ada.

Sekali lagi bukan tanpa alasan,
Pertemanan ini memang belum sampai pada finis,
Hanya untuk beberapa saat saja, sapai kutemukan dirimu lagi
Yang lebih menghargai aku sebagai seorang sahabat terlebih.

Tuesday, November 4 2009

Selengkapnya...