Satu perdua kata, tersekat dinding itu
Tak pernah mengerti lelahku, karena katamu ikhlas.
Tanpa dia yang ku kenali, kutemukan candamu melampaui satu perdua kata yang wajar.
Dia, hak anak kecil itu
Bukan kamu,
Jangan percaya,,!!! Teriakku menghentikan separuh nafas tua,
sampah hanya jadikan budi sampai tua,
yang lain hanya memandangiku, menganggapku seperti tak waras.
Darimu, ku tahu ada cinta,
Darimu, ku mengerti satu perdua hati,
Tanpa kau bicarapun aku mengerti,
Aku tak tuli,,, !!! kembali kataku menguak sastra,
Pertanggungan nanti, adakah kau pikirkan?
Jika benar dia ikhlas tak mengapa,
Tapi kentara, menusuk hatiku sampai tak berani lagi memandangmu,
Satu perdua kataku terbata,
Tak pernah disadari,
Tak pernah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
diam2 puitis...
berarti gak diam mbah,, tapi berusaha kritis
wkwkwkwk
Darimu.. kumengerti satu per dua hati
hmm.. hati yang terbelah...
kemana n dimana satu per dua satunya lagi??
karena sebuah rasa, karena sebuah bahasa yang berubah,
aku mengerti satu perdua lainnya,
tapi aku tak bisa berbuat apa-apa lagi,