Teteh Titiem Si May

Matahari masih baru saja akan melebarkan senyumnya, aku baru saja bangun dari tidurku. Kulihat jam dinding dikamar menunjukkan pukul 04.00 menit. Ku rapikan kamarku, segera aku mengambil air wudhu dan kemudian menyambut pagi dengan beragam aktivitas seperti biasanya.. Jangan sampai deh aku bangun tidur lebih dari jam 5, bisa-bisa ibuku marah-marah.



Katanya “Perawan-perawan gak apik tangi
padang, rezekine didisi’I pithik” artinya kalau masih gadis gak baik bangunnya kesiangan, nanti rezekinya di dului ayam, Begitu. Kulangkahkan kaki menuju dapur ,Ya didapurlah tempat terindah dimana aku bisa belajar, berbagi ilmu, bercerita dan tertawa bersama ibu setiap pagi dan setiap hari menyajikan beragam kreasi-kreasi masakan baru.

Memiliki ibu yang cerewet terkadang memang tidak mengasyikkan, tiap melakukan ini itu yang gak bener pasti deh jurusnya langsung keluar. Ngomel terus.. gitu. Tapi ibuku beda dengan wanita yang lain, dia amat perhatian pada keluarga dan anak-anaknya. Pagi ini menu yang disajikan tidak begitu berat. Yaitu bergedel kentang dan tumis yang terdiri dari brokoli, buncis, wortel, jamur tiram di campur potongan telur dadar. Menu kreasi ibuku sendiri yang rasanya sangat nikmat. Terus di tambah kerupuk udang dan tak lupa pula sambal cabe rawit yang nendang-nendang lidah andalan keluarga.

Selesai bantu ibu memasak, aku mencari kesibukan lain. Dimeja kamar handphoneku berdering, bukan sebuah panggilan masuk. Tapi sebuah pesan dingkat dari Andika yang menanyakan tentang pernikahan Ella. Andika adalah kekasih hati Dilla yang penuh dengan perhatian dan kesabaran. Dia sudah bekerja disebuah Bank yang ternama di daerahnya. Usianya berpaut hanya tiga tahun lebih tua dari Dilla.

Tiba-tiba kudengar pintu kamarku diketuk dengan cepat.

“Tok… tok… mbak Dilla, mbak buka pintunya”, suara dari depan pintu kamar yang sontak mengagetkan itu.

“ya, sebentar” sapa Dilla ramah. Suara itu adalah suara Naya yang sepertinya lagi bahagia. “waduh, kok sudah rapi, memangnya mau kemana dek?” Tanya Dilla lagi. Naya adalah saudara Dilla ,Neneknya Naya itu adalah adik dari nenek Dilla.

“Gak kemana-mana mbak,” jawab Naya malu-malu ini ada titipan pengetikan dari Bu Erni. Nanti malam diambil, katanya penting. Bisa kan mbak?

“Ow, coba aku lihat dulu ya.” Okey deh nanti akan aku selesaikan.

Kemudian Naya berpamitan dan berlalu meninggalkan tumpukan kertas yang harus segera diselesaikan. Itu adalah kumpulan kata-kata berbahasa Inggris milik Bu Erni, Guru bahasa Inggris. Tepatnya lagi adik dari ibunya Naya. Kemaren malam memang sudah menelpon Dilla, tapi belum sempat mengantar garapan lantaran si Dio anaknya yang berumur 3 tahun demam tinggi.

Yah bagaimana lagi, itulah resiko menjadi operator warnet. Keluh Dilla diam-diam.

***

Ditempat kerja

Cuaca hari ini panas, tapi tak membuat Dilla putus semangat menunjukkan kelincahannya memainkan jemari tangannya yang lentik itu di atas keyboard di depan computer. Gadis berkaca mata ini sungguh sangat cantik dan kian lemah lembut, dia memang jarang berbicara, tapi sungguhpun dibalik kediamannya itu dia memiliki bakat-bakat yang kerap kali mengagetkan. Kali ini dibiarkannya rambut yang hitam panjang itu terurai lembut bersama angin. Dan dia tetap tampak anggun. Begitulah dia kesehariannya, bekerja bersama pamannya dan dipercaya untuk menjaga beberapa computer di warnet pamannya.

Dilla nampaknya sangat menyukai pekerjaannya, karena dari pekerjaannya itu dia bisa memiliki banyak teman, ilmu baru dan semuanya yang belum pernah dia dapatkan dikehidupan nyatanya. Dia sangat menikmati kesehariannya itu.

“Eh, ada sms masuk”, suara dari handphone milik Dilla. Dibukanya pesan singkat itu. Ternyata dari Naya.

mb’, Edo blng low dia sk ma q. q hrs gmn donk?” lz. Artinya “mbak Edo bilang kalau dia suka sama aku. Akau harus bagaimana?” begitu singkat dan sontak buat Dilla tertawa.

Gimana gak ketawa, karena Naya itu memang belum pernah merasakan jatuh cinta. Dia memang menyukai Edo, tapi sepertinya dia masih malu-malu dan belum seratus persen yakin pada perasaannya itu. Tapi nggak nyangka juga ternyata kalau Edo suka sama Naya. Waduhh benar-benar rezeky deh, guman Dilla lirih dalam hatinya.

Karena setahu Dilla, Edo juga pribadi yang tidak mengecewakan. Dalam arti dia itu berprestasi dan memiliki watak yang jika digabungkan dengan watak Naya yang sedikit dingin itu tidak terlalu berbenturan. Edo selalu ceria dan memiliki nilai humoris yang tinggi. Yang jika kita berada disampingnya kita pasti akan dibuat ngakak tak bertema.

Diusia Naya yang memasuki usia 21 itu memang sudah sewajarnya dia mendapati pilihan hatinya. Karena Naya juga sudah dewasa dan berhak memilih dan menentukan mana yang terbaik buat dirinya sekarang dan nanti.

Cie,, cuit-cuit.pucuk dicinta ulam pun tiba” begitulah balasan dari Dilla, cukup singkat. Tapi Naya mengerti apa maksud dari sms sepupunya tersebut.

Lantas Dilla meneruskan penulisan kalimat-kalimatnya pada kiriman pesan yang kedua :

jika kamu merasa dia yang terbaik buat kamu, yang benar-benar ada bersama untuk berbagi hati beramamu, dan kamu yakin dia adalah pilihan yang terbaik untuk sekarang dan nanti. Aku gak bisa memberikan apapun, karena yang terbaik buat kamu sekarang adalah apa yang kamu butuhkan dan kamu rasakan”.oc, aku yakin kamu bisa memutuskan. Selamat berbahagia ya adik.””

“” hehe,,, terimakasih mba’ ya.semoga keputusanku ini adalah yang terbaik buat aku dan dia, amien,,,”. Balas Naya

“yupz… ”

Inilah untuk kali pertamanya Dilla mendengar pengakuan dari Naya, setelah sekian lama diam tanpa suara. Dilla senang mendapati saudaranya sekaligus sahabatnya itu jatuh cinta. Sahabat terdekat yang dimilikinya, yang selalu bisa berbagi dengannya saat senang dan sedih sekalipun. Dia selalu ada, bercanda, bertengkar, berbagi dan hampir semuanya selalu terbuka dengannya.

Selain Andika yang memang selalu hadir bagai malaikat peneduh dihatinya. Dilla kembali teringat memory lama yang selalu di update setiap hari diotaknya, dimana itu adalah masa-masa pertama kali dia berpacaran dengan Andika, teramat indah dan tidak dapat dilupakan. Karena Andika adalah cinta pertama yang benar-benar bisa menjaga hati, yang bisa menghadirkan suasana yang segar sepanjang waktu ketika bersamanya. Dilla kembali tersenyum malu…

Mungkin perasaan bahagia Naya sama seperti bahagiaku dulu dan sampai sekarang aku rasakan”. Hehe,,, bayang dilla sendirian, didepan meja komputernya setelah selesai mengerjakan garapan Bu Erni sembari merapikan tumpukan kertas yang berantakan itu.

“Alhamdulillah, akhirnya selesai juga”. Kali ini cuaca panas, dan warnet sedang dipenuhi oleh beberapa siswa-siswi yang sedang mencari makalah dan ada yang hanya sekedar bermain Friendster dan Facebook.

Semuanya sepertinya bahagia hari ini… “benar-benar hari yang indah” guman Dilla lagi sembari bercanda dengan kliennya yang kebetulan juga sering ngenet di warnetnya.

Cinta itu datang, kadang tiba-tiba kadang pula terencana. Dan sampai sekarang tidak ada seorangpun yang tahu dimana sangkarnya termasuk bentuknya, dan cinta bisa menaklukkan apapun seperti sebuah hati yang keras sekalipun dan pengorbanan yang katanya bisa mahal “karena cinta”. Tak jarang juga mengundang beragam kekerasan dan sejenisnya, tapi itu semua tergantung bagaimana kita menyikapi. Serta satuhal yang tidak bisa dipungkiri karena cinta itu indah. Tak ada seorangpun yang tak berhak memilikinya, karena Tuhan memberikannya adil dan sama rata.

Cinta ada dimana-mana, termasuk didalam hati, di rumah-rumah yang bahagia dan retak sekalipun, diantara pepohonan yang ridang, bunga-bunga yang bermekaran, dibarisan pengemis kecil jalan raya pagi hari, dikolong-kolong jembatan tempat para GEPENG “Gelandangan dan Pengemis” yang terkadang dihinakan dan diseluruh isi jagad ini. Cinta tak pandang waktu, usia, kapan dan siapa. Sekali lagi karena cinta itu adalah bukti Keagungan Yang Maha Kuasa kepada kita semua.

Label: | edit post
0 Responses

Posting Komentar