Teteh Titiem Si May

Satu perdua kata, tersekat dinding itu
Tak pernah mengerti lelahku, karena katamu ikhlas.
Tanpa dia yang ku kenali, kutemukan candamu melampaui satu perdua kata yang wajar.

Dia, hak anak kecil itu
Bukan kamu,
Jangan percaya,,!!! Teriakku menghentikan separuh nafas tua,
sampah hanya jadikan budi sampai tua,
yang lain hanya memandangiku, menganggapku seperti tak waras.

Darimu, ku tahu ada cinta,
Darimu, ku mengerti satu perdua hati,
Tanpa kau bicarapun aku mengerti,
Aku tak tuli,,, !!! kembali kataku menguak sastra,
Pertanggungan nanti, adakah kau pikirkan?
Jika benar dia ikhlas tak mengapa,
Tapi kentara, menusuk hatiku sampai tak berani lagi memandangmu,

Satu perdua kataku terbata,
Tak pernah disadari,
Tak pernah


Selengkapnya...

Teteh Titiem Si May

Mengetahuimu tak pernah kompromi,
jangan dipercaya yang baru dikenai meskipun cantik,
Mereka hanya peduli,
sampah,,,,!!!
Aku tak pernah kenal siapa, hanya sebatas tahu sahabatku,
Aku tak pernah mau akrab denganmu, karena itulah,

Tangisanya, meski tahu dia tak bermaksud membohongi
Tapi lihatlah,,,
Aku juga tak mau diperlakukan seperti itu,
Karena aku tak melakukan apapun,
Selama ini aku tak berulah, hargain aku kawan!
Mengertilah bahasaku pada lingkungan,

Kau buat mereka bingung, tapi kau cuek
Tak perduli, padahal mereka mencarimu!!!
Mengertilah tentang seorang wanita,
Jangan terbuka,
Jangan tertutup,
Jangan biarkan dia menangis karena kau pergi.

21/10/2009, 21:10

Selengkapnya...

Teteh Titiem Si May

Bila sakitku tak lagi tertahankan, aku pasti menulis
Andai itu yang terkenang nanti…
Sepucuk kata tanpa pita yang membuatnya tampak cantik,
Dan bila harapan bersamamu hanya bias tergapai dalam mimpi
Ku syukuri, karena kau pernah izinkan aku milikinya.

Hadirmu bersatu dengan pondasi nan rapuh,
Menyokongku seperti tak ingin jatuh, bagiku
Entah apa yang kau pikirkan selain itu,
Sesungguhnya kamu pun tak mengerti kenapa aku selalu menulis.

Rahasia, tak pernah aku menganggapnya sebuah misi yang penting
Aku terlalu ramah dengan hari, dengan waktu
Tapi itu membuatku special,
Akupun sebenarnya peduli.

Dan bila sakitku mulai terasa,
Aku pasti menulis, tentang hari ini dan tentang yang pernah terjadi.
Menjadi satu kalimat samar dan runtut,
Dan aku sadar telah menulisnya.


21/10/2009, 19:41


Selengkapnya...

Teteh Titiem Si May

Kemarin kemana saja kamu?
Hadir sebentar seperti mengantarkan aku pada sebuah jurang yang dalam.
Aku juga tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi,
Saat ini aku benar-benar bias merasakan betapa akan sakit melihatmu pergi.
Aku butuh kamu yang nyata, hadir bersamaku sekarang,
Aku tak menutup diri darimu,

Aku seorang wanita yang punya alasan,
Aku seorang hati yang terlanjur jatuh cinta,
Aku sebuah perasaan yang bias berfikir apapun tentangmu, tentang yang tidak kau tahu, tentang yang tidak kau hiraukan,
Aku sebuah harapan yang bias bangkit dari bahasamu yang menjelma kekuatan,
Aku takut kamu tidak sejalan dengan bahasa itu,
Aku benar-benar takut bila harus kehilangan sekarang.

Malam ini hatiku sepi berfikir tentangmu,
Hatiku menangis menanti balasanmu,
Tulang-tulangku seperti tak sepihak karena hanya pikirkanmu,
Dan egois mengasah hati menjadi tajam dan berani, katakU.
20.22, tempatku sunyi,
berharap dating cahaya yang mengajakkau


06:20, 19/10/2009


Selengkapnya...

Teteh Titiem Si May

Tanpa bahasa mataku mempelajari kebersamaanmu,
Sedetik, setangkai tunas harapan agar kau tahu
sungguhpun bunga itu akan mekar Nan layu juga.

Bersaing mendapatkan tambatan di pucuk jiwamu agar mengerti aku,
Agar mengerti rasa seorang wanita
Yang membuat keringat seperti kristalisasi dingin dan cair
saat mataku bertemu.

Mereka tertawa, berseru seperti sebuah dukungan nan tampak malu-malu,
Tak peduli lagi kristalisasi mengalir rata, bahkan disebagian telapak tangan,
Sampai aku tertunduk.

12:45, 21 Oktober 2009
Selengkapnya...